skip to main |
skip to sidebar
Sejarah Sastra Arab
Sastra merupakan segala
aktivitas manusia atau prilakunya, baik yang berbentuk verbal maupun
fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Aktifitas itu
berupa fakta manusia yang melahirkan aktivitas social tertentu,
aktivitas politik tertentu, maupun kreasi cultural seperti filsafat,
seni rupa, seni gerak, seni patung, seni music, seni sastra dan yang
lainnya. Setiap kita hidup dan beraktivitas, kita tidak sadar bahwa
sebenarnya dunia sastra sangat berkaitan erat dengan kita semua. Teuw
pernah berpendapat bahwa sastra berada dalam urutan keempat setelah
agama, filsafat, ilmu pengetahuan, sebagai disiplin ilmu ia menempati
posisi keempat karena menurut hemat penulis ke empat bidang tersebut
saling bertransformasi dan merugulasi diri (self regulating) bidang
mereka masing masing. Pengaruhnya jelas terasa hingga saat ini dan
bangsa Arab menyebutnya miratul haya sebagai cerminan kehidupan mereka,
bukan hanya itu dengan bersastra ia akan mengetahui rekaman sejarah
kehidupan mereka pada masa lalu.
Pada masa jahili (pra islam) sudah
ada dan terdapat tradisi keilmuaan yang tinggi yakni bersyair dan
penyair yang terkenal pada masa itu disebut dengan penyair mualaqat.
Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap
hasil karya syair yang terbaik dari karya syair yang pernah dihasilkan
oleh bangsa Arab. Hasil syair karya mereka terkenal dengan sebutan
Muallaqat. Dinamakan muallaqat (kalung perhiasan) karena indahnya
puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang
wanita. Sedangkan secara umum muallaqat mempunyai arti yang tergantung,
sebab hasil karya syair yang paling indah dimasa itu, pasti digantungkan
di sisi Ka’bah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil karyanya.
Dan dari dinding Ka’bah inilah nantinya masyarakat umum akan
mengetahuinya secara meluas, hingga nama penyair itu akan dikenal oleh
segenap bangsa Arab secara kaffah dan turun temurun. Karena bangsa Arab
sangat gemar dan menaruh perhatian besar terhadap syair, terutama yang
paling terkenal pada masa itu. Seluruh hasil karya syair digantungkan
pada dinding Ka’bah selain dikenal dengan sebutan Muallaqat juga disebut
Muzahabah yaitu syair ditulis dengan tinta emas. Sebab setiap syair
yang baik sebelum digantungkan pada dinding Ka’bah ditulis dengan tinta
emas terlebih dahulu sebagai penghormatan terhadap penyair.
Kendati pada masa ini disebut masa
jahili (pra islam), tetapi mereka mempunyai kebudayaan tinggi. Bersyair
merupakan sebuah karya yang sangat orisinil bangsa Arab pada masa itu
menjadi sumber hukum yang pertama. Baru setelah datangnya masa Islam
semua itu berobah total. Islam sebagai rahmatan lil alamin dengan quran
dan hadis sebagai sumber hukumnya, menyeru kepada kebaikan, menghormati
sesama jenis, saling mencintai dan saling mengenal, yang bertitik
beratkan kepada aspek moral yakni makarimal akhlak. Dari masa Rasuluah,
Khufahurasidin, sampai keruntuhan Abasiah akibat ekspedisi Hulagukhan
dengan berimbas berdirinya kerajaan mamluk di Turki (Konstantinopel)
sastra Arab masih tetap bertahan kendati mengalami pasang surut pada
dinasti keruntuhan Abasiah dan mamluk.
Setelah hampir lima abad berada
dalam masa surut bahkan keterpurukan di berbagai bidang, maka pada akhir
abad ke-18 M bangsa Arab mulai memasuki fase sejarah “kesadaran dan
kebangkitan.” Kesadaran ini semakin mendapat energinya setelah mereka
bersentuhan dengan kebudayaan Barat melalui ekspedisi Napoleon Bonaparte
ke Mesir pada tahun 1798. Kesadaran dan tambahan energi itu lantas
diimplementasikan di masa Muhammad Ali dengan cara mengirimkan banyak
sarjana ke Barat. Penerjemahan berbagai karya asing Barat, baik tentang
kesusastraan atau ilmu pengetahuan lainnya digalakkan dengan motor
Rifa’ah Rafi’ al Tahtawy (1801-1873 M). Banyak percetakan dan penerbitan
majalah atau surat kabar muncul. Dalam kondisi penuh semangat
pembaharuan ini, kesusastraan Arab merangkak bangkit. Era baru
kesusastraan modern pun dimulai.Baru pada masa modern ini sastra Arab
mulai berkembang karena girah dan kesadaran akan pentingnya khazanah
peradaban yang di pelopori oleh Al-Barudi, Khalil Mutaran Ahmad Syauki
dkk. Pada masa ini sudah terjadi transformasi intelektual dengan
berpuncak pada revolusi Mesir.
0 komentar:
Posting Komentar